Sunday, January 23, 2005

“Untukmu yang begitu beruntung”

Lihatlah aku terkapar begitu saja
Larut dalam detik demi detik waktu, begitu saja

Kuhirup udara yang kau hirup
Kumakan apa yang kau makan

Ku ada karna kau ada, seperti itukah ?
Kuberdiri ditanah tempat kau berdiri
Dan aku sepertimu…mencintainya.

Raih aku dengan setes keringatmu
Peluk aku dengan senyummu
Hangatkan aku dengan kepedulianmu

Beruntung kau bisa menikmati senja
Senja yang itu-itu saja

Hangatmu belum tentu hangatku
Hangatku hanya sepercik hangatmu

Andai kau mau berbagi
Hanya sebutir air di lautan kepedulianmu

Mungkin aku akan menambal sedikit
Selimut hangatmu

Mungkin aku akan mempercantik
Senjamu, duniamu, dan hidupmu

Aku yang terdiam menanti kau mengulurkan
Mengulurkan tangan dengan membuka wacana berpikirku

1 comment:

Anonymous said...

Tingali aing ngajoloprak kitu hungkul
kocek di jero detik ka detik waktos, kitu hungkul

ngisep nu kumaneh isep
dahar nu ku maneh dahar

urang aya kusabab maneh aya, jiga kitu?
urang nangtung di taneuh tempat maneh nangtung
jeung aing jiga maneh... (hah rieut)

kadituna urang mikir deui