Saturday, August 23, 2003

Seketika senja berubah menjadi biru pucat

Seketika senja berubah menjadi biru pucat, aku terhimpit diantara karang yang perlahan menghentikanku bernafas.
Sudah terlalu lama aku terdiam, sementara semua berlari, aku terdiam bukan karena aku bisu dan tolol, tapi aku hanya mencoba mengamati jalan untukku berlari. “oh……malam jangan biarkan aku tenggelam……..”

“pergi kau dari sini !!!, dasar makhluk durhaka”
“baik aku akan pergi, mungkin ini memang sudah waktuku untuk pergi, yah akupun sudah terlalu muak dengan kau dan duniamu “.
“dasar kau makhluk yang tak berguna, kerjamu hanya meratapi nasib yang belum tentu kebenarannya”.
“sudah puas……sudah puas kau mencaci-maki aku, sementara kau tak sedikitpun membantu, kau hanya berpura-pura mengasihaniku, aku tau, aku hanya ornament tak penting untukmu, aku tau itu dan aku tak peduli sedikitpun, aku bisa sepertimu, tapi aku tak akan pernah mau “.

Masih diujung penantian aku menunggu entah berapa lama jiwa ini bersemayam, karna telah terlalu lama aku tak mengenal diriku.
Setelah segala rupa kekecewaan, kenestapaan, kefrustasian, kerja keras, perjuangan, aku telah lewati semua, namun aku terjebak yah terjebak, mungkin bukan salah mereka, ini semata mungkin salahku.
Tak akan ada yang mau menjalani hidup sepertiku, tak akan pernah ada seorang lelaki kecil pun tak akan terpikir bercita-cita menjadi seperti ku
Aku tak butuh rasa ibamu, walaupun jika kau tak iba padaku, mungkin aku telah berada di lain dunia yang siap menghantuimu.

“dasar makhluk tak berguna, sudah merepotkan……eh……malah berani maki-maki, jika ku tak kasih makan dari dulu mungkin kau sudah mati”.
“baik……baik…..aku pergi tapi satu syarat , aku ingin kau mati karna menjadi diriku……yah diriku………..

seorang lelaki duduk terdiam ditepian dermaga menanti senja berubah menjadi malam

23-08-03
01.13